Mengungkap Misteri Taman Gantung Babylonia Yang Legendaris
Bagi sobat yang sebelumya mengikuti artikel Legenda dan sejarah Bangsa Babylonia tentunya telah mendengar tentang legenda taman gantung Babylonia. Kembali admin katakan Babylonia adalah sebuah bangsa yang maju peradabannya di masa lalu dan meninggalkan banyak manuskrip dan naskah kuno mengenai kemajuan peradaban mereka yang pernah ada di muka bumi ini. Mungkin sebagian pembaca pernah mendengar Legenda Taman Gantung Babylonia. Menarik sekali rasanya mengungkap misteri Taman gantung Babylonia yang legendaris atau Hanging Gardens of Babylon tersebut.
Ada apakah di balik misteri dan legenda taman gantung Babylonia yang fenomenal ini.
Kenapa disebut taman gantung? Seperti apa taman bergantung Babylonia?
Coba sobat Bayangkan sebuah dataran tinggi bertingkat-tingkat setinggi seratus meter, yang masing-masing tingkat ditumbuhi pohon palem, anggur, sycamore, zaitun, apel, akasia, almond, peach, dan lili air. Ketika angin bertiup, wangi anggur, zaitun dan peach menelusup ke penciuman, menerbitkan selera. Manis rasa buah dibawa angin sampai ke lidah. Seperti yang dilukiskan puisi tradisional Babylonia :
”Seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan
membaui aroma pohonnya saja.”
Ketika angin berhembus, daun-daun palem berguguran dibawa
angin mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke kota Babylon di bawahnya.
Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa kuno ini (penduduknya
diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas dari puncak taman.
Meski berada di dataran tinggi, namun seluruh tanaman
disirami air setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan (baca di paragraf Rahasia Air yang Memanjat). Tak salah kiranya jika Philon, filsuf Yunani yang
gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh keajaiban kuno dunia. Taman
ini sangat memikat hati.
Taman Bergantung Babylonia - Persembahan Rasa Cinta
Seperti halnya Taj Mahal di India, yang dibangun oleh Shah Jehan
untuk permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal (mungkin kata mahal diadopsi dari beliau.. ups kidding), taman bergantung Babylonia pun
merupakan sebuah persembahan cinta.
Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari
tahun 605-562 SM, diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang
berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan Persia
(Iran).
Permaisuri Amytis besar diantara hijaunya pegunungan, serta sejuknya
semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia.
Babylonia merupakan wilayah datar, kering, dan panas. Hal ini membuat Amytis
selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung
halamannya.
Untuk mengobati kerinduan istrinya Raja Nebukadnezar
memerintahkan, untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman
itu dibangun di timur sungai Eufrat (Euphrates), sekitar 50 km selatan Baghdad,
Iraq.
Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini
400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri
di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal dan keramik.
Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah yang berkemungkinan
besar akan mengkorosi fondasi taman.
Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan, bahwa taman ini
terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya mencapai 56
mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi kereta yang ditarik
empat ekor kuda untuk berputar balik.
Disini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung
dewa dari emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di
kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas
bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan terlihat
menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan
taman bergantung.
Disebutkan juga, bahwa taman itu dibangun oleh
Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya atau selirnya yang sangat gemar berada
didaerah yang dikelilingi oleh pegunungan. Semenjak itulah taman bergantung,
satu dari tujuh keajaiban dunia diperkirakan ada.
Rahasia Air Yang Memanjat
Salah satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung
Babylonia adalah sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil
mendisain suatu sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk
‘memanjat’ taman setinggi seratus meter itu.
Mereka menggunakan semacam pompa kincir raksasa. Dua buah
kincir besar—satu diatas yang lain di bawah dihubungkan dengan sebuah rantai.
Rantai inilah yang memutar kedua kincir tersebut untuk mengambil dan menuangkan
air.
Di sepanjang rantai itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil
air dari sungai eufrat, dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman.
Sistem ini memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi, meskipun
Babylonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap
menerima cukup pasokan air.
Antara ada dan tiada
Keberadaan taman bergantung Babylonia telah memunculkan
kontroversi di kalangan para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat
tak ada bukti arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu.
Ziggurat Babylonia |
Manuskrip-manuskrip cuneiform Babylonia yang ditemukan pun
tak ada yang membahasnya, padahal bangunan kuno lainnya, seperti ziggurat dan
kuil Marduk diterangkan dengan jelas.
Bukti yang sering dikemukakan arkeolog yang meyakini
keberadaan taman ini adalah kisah campuran tentang taman dan pohon palm di
Mesopotamia, istana Nebuchadnezzar, the tower of Babel, dan ziggurat yang
diceritakan oleh pasukan tentara Alexander yang Agung, ketika mereka kembali ke
kampung halamannya.
Diceritakan, ketika pasukan Alexander tiba di dataran
Mesopotamia dan melihat kota Babylon mereka sangat takjub pada sebuah taman
tinggi yang dipenuhi pohon-pohon palem dan berbagai tanaman lain. Kisah
mengenai taman itu mereka ceritakan kembali ketika tiba di kampung halaman.
Kisah-kisah itulah yang ditulis menjadi puisi oleh banyak
penyair. Namun, sebagian arkeolog meragukan kisah ini. Sebab para prajurit itu
menceritakan, taman, istana raja, dan ziggurat secara sekaligus, sehingga
berkemungkinan besar para sastrawan menggabungkan semua bangunan ini dalam satu
kisah, memberi kesan seolah-olah telah berdiri sebuah bangunan yang
menakjubkan.
Para sejarahwan yang menceritakan taman itupun, seperti
Berossus, Diodorus Siculus, Herodotus, dan Philon tidak ada yang menyaksikannya
secara langsung. Penggalian para arkeolog di reruntuhan kota Babylon pun
membuktikan, bahwa dinding istana kerajaan tidak sepanjang yang diungkapkan
Herodotus. Kemungkinan besar taman yang dimaksudkan adalah sebuah taman
kerajaan yang merupakan satu kesatuan dengan ziggurat dan istana.
Dalam literature Babylonia, tidak ditemukan adanya rekaman
sejarah tentang taman bergantung, dan laporan yang sangat deskriptif berasal
dari ahli sejarah bangsa Yunani. Dalam lembaran tanah liat yang berasal dari
periode Nebuchadnezzar, deskripsi tentang istananya, kota Babylon dan
dindingnya ditemukan, tetapi tidak ada satupun referensi yang ditemukan tentang
taman bergantung.
Meski demikian, para arkeolog sampai sekarang tetap berusaha
menemukan bukti arkeologis keberadaan taman ini. Jika memang pernah ada mengapa
taman sebesar itu sampai musnah tak bersisa? Bencana semacam apa yang membuat
bangunan ini rusak luar biasa?
Sebenarnya Tidak Bergantung
Rahasia Taman Bergantung Babylonia |
Taman bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh
tergantung. Ada misinterpretasi soal kata ‘bergantung.’ Orang Yunani menyebut
taman ini dengan ‘kremastos’ yang dilatinkan menjadi ‘pensilis’, dan dalam
bahasa Inggris disebut ‘overhanging’, artinya berada di balkon atau di teras.
Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berada di dataran
tinggi seperti balkon atau teras.
Sumber dari bangsa Yunani menyebutkan bahwa taman bergantung
berbentuk quadrangular, setiap sisi panjangnya 4 plethora, terdiri dari arched
vaults di pondasinya. Taman ini mempunyai tumbuhan yang ditanam diatas
permukaan tanah, dan akar dari tanaman ini melekat di teras bagian atas, bukan
didalam bumi. Seluruh massanya didukung oleh colom batuan. Air dipompa ke atas
dan dibiarkan mengalir menuruni lereng, mengairi tumbuh-tumbuhan.
Robert Koldewey adalah arkeologis Jerman yang berhasil
menemukan reruntuhan kota Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899.
Koldewey menggali selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara
Babel, dan fondasi istana Nebukadnezar. Penemuan lainnya yang mendukung adanya
taman bergantung, termasuk kolong bangunan dengan dinding yang tebal dan
irrigasi yang dekat dengan istana selatan.
Ahli sejarah Yunani, Strabo, mengatakan bahwa taman
bergantung terletak di sungai Euphrates. Yang lainnya berpendapat bahwa
lokasinya sangat jauh dari sungai Euphrates berdasarkan penemuan dari kolong
bangunan yang terletak beberapa ratus yard dari sungai.
Perkiraan Lokasi Taman bergantung babylonia |
Tempat beradanya istana telah direkonstruksi dan
diperkirakan taman bergantung terletak didaerah yang merentang dari sungai ke
istana. Dinding yang massif, tebal 25 kaki, baru-baru ini ditemukan di pinggir
sungai, yang kemungkinan merupakan langkah untuk membentuk teras yang
dideskripsikan dalam referensi yunani.
Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di kota itu yang
terbuat dari batu, yakni dinding utara istana, dan taman bergantung. Koldewey
berhasil menemukan 14 ruangan dari batu. Diperkirakan diantaranya merupakan
bagian dari taman bergantung.
Koldewey juga menemukan lubang aneh di lantai, kemungkinan
besar di tempat itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung.
Lokasi reruntuhan yang ditemukan Koldewey berada jauh dari sungai Eufrat. Jadi
arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman
bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai Eufrat.
Pada tahun 538 BC, pemimpin terakhir Babylonia menyerah
kepada Cyrus Agung dari Persia. Dan ini adalah pertanda berakhirnya dinasti
Chaldean dan Babylonia.
Meskipun peradaban Babylonia telah punah tapi legenda mereka akan selalu abadi dan diceritakan turun temurun sampai saat ini.
0 komentar: