Jumat, 02 November 2012

Cerita Horor Plus Plus

Kelas XI IPA 5

Pertama kali aku menginjakkan kaki di kelas ini, tepatnya di sebuah kelas bekas markas besar mr. Sun, di samping ruang guru, di depan lapangan basket dan di samping kantin. Sebuah ruang kelas yang terlihat suram dari luar maupun dalamnya #duak Aku lantas berpikir, akan seterusnyakah kami di sini?

Asing, itulah kata pertama yang tersirat di pikiranku saat itu. Terlalu banyak sosok baru yang terlihat berlalu lalang, sosok baru dan juga kepribadian baru. Yang aku harap suatu hari nanti kami bisa saling memadukan kepribadian yang berbeda-beda tersebut. Menjadikannya satu, sebuah kelas yang indah dengan tanpa satu pun momen yang terlupakan.
Tapi ada dia, dia, dia dan dia yang aku kenal. Syukurlah, setidaknya aku tidak perlu merasa terlalu minder di sini.

Dan sekarang, kelasku ada di ruang kesenian, sebuah ruangan eksklusif dengan ac yang hidup-mati-hidup-mati, serta halaman belakang kelas (-___-) yang jadi tempat apresiasi siswa sekelas, entah bergitar, bernyanyi, maupun ngadem. Nyaman dan mewah, itulah 'kelas'ku yang sekarang.

Pada suatu hari yang dingin, di mana langit tampak tidak bersahabat dan pehape karena kelihatan ingin hujan tapi tidak jadi #apadeh. Aku berjalan cepat menuju kelas sembari kembali merapatkan jaket biru bergaris dan mahal #plak milikku. Aku melongokkan kepalaku ke dalam kelas dan mendapati tidak ada seorangpun di sana, aku melirik jam dinding kelas dan mendapati jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Oh God, sejak kapan aku berangkat sekolah sepagi itu?

Aku mendesah hebat kemudian melemparkan tas punggung hijauku ke atas meja, kemudian duduk. Karena bosan aku pun bermain handphone dan memasang headset-ku, mendengarkan sebuah lagu (Kpop jelasee, gausah tanya). Aku menikmati kesendirian yang sunyi itu.

Aku mengangkat kepalaku ketika merasakan sebuah angin menerpa leher belakangku, membuatku sedikit bergidik. Aku menoleh ke belakang cepat, namun aku tidak mendapati siapapun di sana. Kernyitan alis mulai muncul di dahiku, karena tidak terlihat jelas, akupun memasang kacamata minus empatku dan mulai menelisik setiap inci ruang kelasku. Dan tentu saja aku tidak mendapati siapapun atau apapun di sana, sepi dan kosong.

Aku berbalik dan kembali asyik berkutat dengan handphone-ku, namun aku kembali merasakan sesuatu yang aneh, seperti ada yang memperhatikan aku. Akupun kembali menoleh ke belakang, tidak ada apapun di sana. Aku berbalik lagi -___-

Tap Tap Tap

Dahiku berkerut, suara apa itu?

Tap Tap Tap, srek srek srek

Aku melirik jam dinding kelas, pukul setengah enam pagi. What? Apakah waktu tidak berjalan?

Grrrr, Grrr, Grrrr
Gjesss

Suara apa itu?

Aku kembali menoleh ke belakang, tepatnya ke pojok kelas.

Dan saat itu aku melihat sesuatu.
Sesuatu yang sanggup membuat mataku melotot seketika, jantungku seakan berhenti berdetak, aliran darahku seakan tidak lancar (emang kesemutan?) dan mulutku menganga lebar.
Sesosok yang hitam. Berdiri di pojok kelas. Dengan rambutnya yang panjang dan menutupi hampir seluruh wajahnya, pakaiannya putih bersih. Wajahnya tidak terlihat.
Yah bayangkan saja dengan melihat gambar ini,

Aku sendirian, diam dan hanya detak jam yang terdengar.

Atmosfer di sekelilingku mulai berubah, menjadi menyesakkan dan sanggup membuatku kesulitan bernapas.
Lampu ruang kelas itu perlahan mati satu per satu setelah sebelumnya sempat berkedap-kedip (emang disko?). Aku sampai mengerjapkan kedua mataku karena pusing kepayang #salah, pusing tujuh keliling. Namun aku masih dapat melihat sesosok wanita yang tidak berpijak di tanah itu.
Sosok itu tidak bergerak, namun sesaat kemudian ia mengangkat kepalanya dan kedua matanya yang merah kini terlihat.

Aku hanya melongo, namun sedetik kemudian seluruh duniaku gelap.

Aku pingsan seketika.

-_____________________-"

silakan dilihat galerinya,