Kawin Dulu, Konsekwensi Urusan Nanti
Rina adalah salah seorang warga jemaat di salah satu gereja besar dalam kota. Ia menjadi pamong anak-anak dan remaja pada sekolah Minggu di gerejanya. Ia pun dikenal sangat taat kepada kedua orang tuanya dan tidak jarang membantu setiap pekerjaan kedua orang tuanya pada saat tidak bekerja. Sehari-hari Rina bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah swasta dan menjadi guru les bagi anak-anak yang masih dalam tahap sekolah dasar.
Namun, ada yang berbeda pada beberapa minggu terakhir ini. Rina malah jarang datang ke gerejanya dan mengajar anak-anak serta remaja di gerejanya. Banyak warga gereja dan rekannya segereja yang sering bertanya-tanya keberadaan dan keadaannya. Juga ada orang yang menghubunginya, namun tidak ada jawaban dari Rina.
Ternyata, Rina baru saja berpacaran dengan salah seorang rekan kerjanya di salah satu sekolah. Ia sangat tertarik kepada pria tersebut. Selain memiliki paras yang tampan dan “aduhai”, ia juga mampu menarik hati para kaum Hawa. Jika sudah begini, tentu para wanita, termasuk Rina, akan selalu “berkecimpung” dengan orang tersebut sebagai pacar pada mulanya.
Karena kejadian ini, keluarga Rina pun sulit mengatakan apa yang telah terjadi padanya kepada warga jemaat gereja yang ingin mengetahui keberadaannya. Terkadang, juga ada rekan pamong gereja yang memintanya untuk melayani anak-anak dan remaja pada sekolah Minggu sehingga mereka sering bertanya-tanya kepada keluarganya. Namun, segala perkara dan pertanyaan tersebut bak ujian sekolah yang sangat sulit dikerjakan. Keluarga Rina seakan sukar menjawab setiap perkara dan pertanyaan yang dialamatkan kepada mereka. Mungkin bahkan lebih sukar daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal mata pelajaran siswa-siswa yang sedang bersekolah.
Rina sendiri memiliki pandangan tersendiri terhadap situasi yang sedang dihadapinya kali ini. Ia ingin menikmati dahulu masa-masa pacaran dengan calon pasangannya tersebut. Ia ingin lebih fokus kepada jalan yang lebih besar, yaitu pernikahan. Pria tersebut pun menyatakan keyakinannya untuk menjadi pendamping hidupnya nanti. Memang, Rina sendiri masih memiliki keragu-raguan akan hal yang sedang dihadapinya pada saat ini. Namun, ia tetap ingin menjalani masa-masanya pada kali ini. Oleh karena itu, Rina sangat jarang datang ke gerejanya dan melayani anak-anak dan remaja tiap sekolah Minggu. Ia malah sering menghampiri rumah pacarnya saat tidak ada hari kerja. Tidak heran banyak orang kini bertanya-tanya mengenai keberadaannya.
Rina sendiri memiliki ikatan yang bisa dikatakan cukup lekat dengan calon pasangannya tersebut. Ia ingin hubungannya ini segera berlanjut ke pelaminan. Tak peduli apa yang akan dihadapi, pokoknya yang penting bisa kawin dulu. Itu merupakan sesuatu yang sangat nikmat dan tidak ingin dilewatkan oleh Rina apapun yang terjadi.
Setelah membaca sekilas ilustrasi tersebut, menurut saya, peristiwa yang dialami Rina mungkin tak ubahnya roda yang berputar 180 derajat. Jika pada awalnya, Rina dikenal sangat taat melakukan pelayanan di gerejanya, kini ia harus meninggalkan pelayananannya tersebut hanya untuk suatu hubungan dengan seseorang. Ia kini harus mengutamakan jalan pernikahan yang ia ingin segera dicapai.
Seharusnya, Rina tidak boleh mengabaikan keberadaan Allah Yang Maha Tahu. Ia menomorduakan Sang Pencipta hanya untuk kepentingan diri sendiri. Di negeri dan masyarakat yang majemuk ini, terutama dalam hal agama, pernikahan beda agama menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Pilihannya memang cuma dua. Menolaknya secara hitam-putih, dengan dalih kemurnian ajaran, yang akan dapat berarti “mencampakkan” seorang saudara yang “memilih untuk tidak memilih”. Atau menerimanya sebagai saudara yang hendak melakukan sesuatu yang adalah hak asasinya, dan berarti bersedia menyediakan kemudahan untuk itu.
Maka dari itu, semua pihak termasuk gereja harus memperhatikan secara mendalam situasi seperti ini. Pernikahan mereupakan suatu momen yang sangat sakral dan menandakan adanya dua individu yang dipertemukan oleh Allah. Oleh sebab itu, kita tidak boleh menceraiberaikannya. Setiap pernikahan memiliki konskwensi yang tidak kecil. Apalagi hal itu adalah pernikahan beda agama yang tentunya berdampak pada situasi pro dan kontra. Setiap hal tersebut terjadi, maka kita harus mau menerima setiap konskwensinya, jangan hanya memikirkan pernikahannya karena berpikir dalam jangka panjang ke depannya juga harus diperhitungkan. Belum lagi masalah anak, rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Setiap manusia di dunia ini memiliki hubungan dengan sesamanya mulai dari berpacaran hingga ke tahap pernikahan dan setelah pernikahan. Momen pernikahan inilah yang penting dari suatu hubungan intim antar dua manusia. Tentunya peran Roh Kudus dalam mengubah maupun bekerja dalam hubungan intim ini sangatlah diperlukan. Jangan sampai kita mengabaikan peran besar Roh Kudus ini hanya semata untuk berpolemik dalam hal-hal duniawi yang dapat menjerumuskan kita, termasuk dalam masa-masa berpacaran hingga pernikahan dan setelahnya. Marilah kita tetap mengutamakan peran Allah yang bekerja atas setiap pergumulan kita di atas kepentingan pribadi masing-masing.
0 komentar: